Pantangan di Balik Sunat Betawi Tempo Dulu

Pantangan di Balik Sunat Betawi Tempo Dulu

Senibudayabetawi.com – Dar.. der… dor..! Bunyi petasan nan semarak menjadi petanda adanya perhelatan acara sunat Betawi. Orang Betawi meyakini beberapa pantangan khusus untuk pengantin sunat. Jika dipatuhi maka sunat akan cepat sembuh, begitu juga sebaliknya.

Dalam Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita (2010) pantangan bagi pengantin sunat Betawi dipatuhi terutama tempo dulu meski tidak diketahui alasannya. Misalnya, pengantin sunat pantang untuk makan lauk ikan asin atau masakan dengan campuran udang. Si pengantin sunat juga dilarang main sembarangan di kebun, bahkan tak boleh melangkahi tahi ayam. Konon jika pantangan ini dilanggar maka bekas luka sunat tak kunjung sembuh.

Sehari sebelum acara sunat, pengantin sunat mengenakan baju kebesaran sunat dan didandani, dirias. Pengantin sunat mengenakan baju gamis, jubah, selempang dari kain beludru atau satin berhias manik-manik, alpiah (tutup kepala) hingga roncean bunga melati.

Setelah siap maka dibacakan salawat badar oleh serombongan anak-anak dan remaja. Rebana dan ketimpring dimainkan mengiringi langkah pengantin sunat menuju tandu, kuda dan delman. Di dekat ekor kuda digantungkan seikat padi dan sebutir kelapa.

Sebelum diarak, serenceng petasan dibakar sebagai tanda bahwa rombongan arak-arakan siap berangkat. Pengantin sunat diarak keliling kampung dikawal dengan rombongan menuju tempat keramat, seperti ke kuburan tempat dimakamkannya sesepuh desa untuk meminta berkah. Setelah itu, baru pengantin sunat diarak ke kampung. Lazim tradisi masayrakat Betawi biasanya menggelar hiburan kesenian seperti lenong, tari topeng, tanjidor, hingga samrah.

Hari Pelaksanaan Sunat

Pada hari pelaksanaan sunat sebelum matahari terbit, pengantin sunat dimandikan sembari berendam air hangat selama beberapa saat. Tujuannya agar lebih mudah dikhitan dan bersih. Kemudian, ia dibawa ke halaman samping rumah untuk dipangku kakeknya dan disunat oleh bengkong. Setelah sunat, para kerabat dan tamu memberikan selamat dan hadiah.

Disajikan pula bekakak ayam, nasi kuning dan buah-buahan yang khusus untuk pengantin sunat dan teman-temannya yang hadir. Tersaji pula satu sisir pisang raja bulu, sebutir kelapa, beras, dan kue-kue tradisional seperti dodol, wajik dan uli.

Setelah bengkong selesai menunaikan tugasnya dan acara sunatan usai, sang empunya hajat memberikan ayam jantan hidup sebagai tanda terima kasih pada bengkong.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.