Senibudayabetawi.com – Pernahkah sobat senibudayabetawi.com bertanya-tanya mengapa ada Kampung Bali di tengah hiruk pikuk Jakarta? Ternyata, keberadaan kampung ini tidak lepas dari kebijakan Gubernur Jenderal VOC yang sengaja mendatangkan berbagai etnis ke Batavia. Mari kita ungkap rahasia di balik nama eksotis yang melekat pada salah satu sudut kota Jakarta.
Kampung Bali merupakan salah satu kelurahan di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kelurahan ini mempunyai nama gang serupa yakni Kampung Bali.
Muasal nama Kampung Bali di kawasan Tanah Abang tak lepas dari rekam jejak sejarahnya. Dalam buku Kampung Tua di Jakarta terbitan Dinas Museum dan Sejarah Provinsi DKI Jakarta konon tempo dulu banyak orang-orang Bali yang tinggal di kawasan tersebut.
Eksistensi orang Bali di Jakarta sudah ada sejak zaman kolonialisme. Tepatnya imbas dari kebijakan Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen yang sengaja mendatangkan etnis lain ke kota Batavia pada abad ke -17.
Tak hanya berasal dari Bali, adapun etnis lain yang didatangkan berasal dari Makassar, Mandar, Sumbawa, Banda, Ambon, Ternate, Jawa dan Tionghoa dari Banten. Mereka ditempatkan di luar tembok kota atau kastil Batavia.
Setelah didatangkan, mereka dipekerjakan oleh orang-orang termasuk Belanda, Tionghoa, Arab dan Melayu. Heuken dalam Tempat-tempat Bersejarah di Indonesia (1997), bahwa budak perempuan dipekerjakan menjadi tukang atau pelacur agar majikannya mendapatkan uang. Sebagian budak lain dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga dan pengiring majikan.
Ditempatkan Berdasarkan Asal Wilayah
Selain dipekerjakan sebagai budak, Coen juga menempatkan mereka yang didatangkan dari luar etnis ini berdasarkan asal wilayahnya. Misalnya, kelompok etnis Ambon maka diberi nama kawasan Kampung Ambon. Demikian pula dengan Kampung Makassar, Bandan dan Kampung Bali.
Dalam Dari Djakarta ke Djakarta: Sedjarah Ibu-kota Kita oleh Soekanto jumlah orang Bali di Batavia cukup banyak. Tak ayal jika nama Kampung Bali di Jakarta ada di berbagai tempat. Mereka tinggal di tiga wilayah yakni di Angka (Jakarta Barat), Jatinegara (Jakarta Timur) dan Tanah Abang (Jakarta Pusat).
Kendati demikian, eksistensi Kampung Bali di tiga tempat di Jakarta tersebut tak meninggalkan keturunan orang Bali. Demikian pula dengan akar seni dan budayanya. Kawasan ini tidak lagi berwujud kampung, tapi terintegrasi dalam wilayah penduduk di Tanah Abang.
Ramadani Wahyu
