Senibudayabetawi.com – Maraknya ruang publik di Jakarta saat ini tak lepas dari budaya urban kota metropolitan. Ini ternyata juga terlihat jauh pada pembangunan ruang publik di Batavia pada pemerintahan kolonialisme ke Batavia.
Perencanaan kota di Hindia Belanda pada awal abad ke-20 bagian dari mengintegrasikan sosial budaya antar masyarakat di koloni Hindia Belanda. Ini tak lain karena masyarakat yang tinggal di Batavia sangat majemuk. Sehingga diharapkan keberadaan ruang publik menjadi wadah bagi kemajemukan ini.
Pembangunan kota berbasis multietnis juga didorong oleh terbentuknya sistem pemerintahan Gemeente sejak 1905. Ini cukup menarik karena pada abad sebelumnya ruang gerak dan interaksi etnis-etnis non Eropa sangat dibatasi.
Agar Masyarakat Multi Etnis Melebur
Melansir studi G. Andika Ariwibowo yang diterbitkan dalam jurnal Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya (2019), awal abad ke-20, pembangunan ruang publik maupun sarana permukiman diarahkan agar etnis-etnis yang ada di perkotaan dapat hidup “berdampingan”. Kendati demikian, masih ad akelas-kelas sosial di mana kalangan atas berada dalam lingkungan privat dan eksklusif.
Menariknya, melalui pembangunan ruang publik di Batavia ini pula meleburkan antar masyarakat kelas menengah perkotaan yang multi etnis. Meskipun terkadang terjadi beberapa gesekan karena adanya paradigma segregasi antaretnis yang masih tersisa dari abad sebelumnya (Roosmalen dalam Colombijn dan Cote, 2015: 87-90).
Dibagi Menjadi Dua Distrik
Sejak 1908 Gemeente Batavia dibagi menjadi dua distrik yakni Batavia dan Weltevreden berdasarkan Indisch Staablad 1908 No. 79. Distrik Batavia merupakan kawasan kota lama yang berada di sekitar stadhuis atau balai kota Batavia pada masa VOC. Kawasan ini meliputi pecinan di sekitar Glodok, Kali Besar, Mangga Besar, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pasar Ikan, Gunung Sahari, dan Ancol.
Kawasan ini juga sebagai tempat usaha para pengusaha non- Eropa. Mulai dari firma-firma kelas menengah bumiputra maupun etnis Asia lain dari berbagai kawasan di Hindia banyak yang membuka cabang maupun menjadikan kawasan ini sebagai kantor pusat. Keragaman etnis dan persinggungan antarbudaya begitu nampak jelas di wilayah ini.
Kawasan Weltevreden Suburban Batavia
Sementara pada Weltevreden merupakan kawasan suburban Batavia. Wilayah ini menjadi barometer kehidupan modern di wilayah Hindia Belanda pada masa kolonial. Wilayah pertokoan, hotel, restoran, kafe, dan pusat hiburan di sepanjang Noordwijk, Rijswijk, Harmoni, hingga Pasar Baru menjadi penanda jelas gaya hidup elite berkuasa.
Weltevreden kemudian menjadi salah satu kawasan suburban paling bergengsi di Hindia Belanda diinisiasi oleh Gubernur Jenderal H.W. Daendles. Pada 1853 ketika Louis Napoleon memerintahkan Haussmann untuk menghancurkan Paris dan terus membangun. Mulai dari membangun kembali jalan raya yang baru, ruang publik yang megah, sudut kota yang menawan, sarana tranportasi yang menjangkau setiap sudut kota. Daendles memulainya di Batavia.
Daendles membongkar kawasan kota lama Batavia dan menghancurkan Kastil Batavia, Material hasil bongkaran kawasan ini ia gunakan untuk membangun “Istana Daendles” atau “Witte Palais/Istana Putih” Daendles juga menjadikan kawasan Welteverden sebagai pusat dari jaringan jalan raya pos yang ia bangun.
[…] merupakan ciri khas dan keunikan yang terwujud dalam kesatuan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, kemajemukan tersebut kerap memicu konflik dan berujung perpecahan. Menariknya, hal ini tak terjadi pada […]
[…] – Pembangunan ruang publik di Batavia awal abad ke 20 didukung melalui sistem pemerintahan Gemeente sejak 1905. Ini menjadikan […]