Penggolongan Kelompok dan Etnis di Batavia

Penggolongan Kelompok dan Etnis di Batavia

Senibudayabetawi.com – Sudah sejak tempo dulu Batavia menjadi pusat masyarakat dari berbagai penjuru baik nusantara hingga mancanegara. Tak ayal jika di Batavia terdiri atas beragam masyarakat yang multikultural.

Kendati demikian, pemerintah VOC kerap memisahkan mereka berdasarkan etnis dan golongan. Tujuannya tak lain untuk memudahkan mereka mengatur para golongan ini.

Nah, ada kelompok-kelompok etnis mana saja sih yang menghuni Batavia. Berikut Senibudayabetawi.com rangkum.

1.Orang Eurasia

Masyarakat Eurasia merupakan penduduk berdarah campuran Asia dan kelompok etnis di Eropa. Istilah tersebut bermula di India Britania pada abad ke-19 untuk menyebut orang yang lahir dari ayah Inggris dan ibu India.

Meski berdarah Eropa, tapi tak membuat posisi mereka seperti halnya orang Eropa asli. Bahkan mereka kerap dianggap sebagai bumiputra pada umumnya. Hingga abad ke-19, orang Belanda di Batavia mencatat tingkat ke-Eropa-an warganya secara resmi dengan istilah dari bahasa Portugis yakni mixtiezen untuk membedakan dengan oran Eropa asli

2.Orang Tionghoa

Etnis lain yang datang dan menetap di Batavia adalah orang Tionghoa. Bahkan, hingga saat ini kelompok ini menjadi etnis terlama dan terbanyak yang mendiami Batavia.

Kebanyakan dari orangorang Tionghoa ini berasal dari kalangan pedagang dan pelaut yang ketika VOC mulai menapakkan kaki di wilayah ini. Uniknya, VOC menjalin hubungan yang cukup baik dengan etnis ini.

Gubernur jenderal J. P. Coen (1587-1629) adalah orang pertama yang mendorong kalangan pedagang VOC untuk melakukan bisnis dengan orang-orang Tionghoa, baik itu dalam perdagangan maupun industri, yang akhirnya menjalin hubungan baik dan menjadi teman dekat pemimpin mereka yaitu So Bing Kong yang disebutnya sebagai Kapiten Bencon (Heuken, 2017).

3. Kelompok Budak

Golongan ini merupakan populasi terbesar di Batavia hingga paruh terakhir abad ke-18. Mereka terdiri atas beragam etnis yang tersebar di seluruh Nusantara.

Hukum VOC melarang mengambil orang Jawa sebagai budak karena mereka takut orang Jawa akan bersatu melawan orang Eropa. Untuk pekerjaan kasar, VOC lebih menyukai mengimpor budak dalam jumlah besar dari luar.

Ini memberikan keuntungan terhadap keamananVOC  karena para budak dari tempat yang jauh dan beragam memiliki kemungkinan kecil untuk bersatu. Mereka kebanyak dari Sulawesi, Bali, hingga Sunda kecil.

Posisi mereka dijelaskan secara spesifik dalam iklan penjualan budak, di antaranya juru masak, juru lampu, pelayan, pembantu rumah tangga, penjahit, pesuruh, penyetrika pakaian, pembuat sambal, pembuat roti, pembuat teh, dan kusir.

4. Kelompok Campuran

Setelah dikelompokkan berdasarkan etnis, sisa golongan non-Eropa yang merupakan kelompok campuran. Kelompok masyarakat ini biasa disebut dengan orang “Moor”, yakni golongan orang Muslim India kebanyakan dari Pelabuhan Surat yang ramai di Gujarat.

Uniknya, ada pula kelompok yang muncul berakhirnya masa kekuasaan VOC di Batavia yakni orang Mardijker. Mereka biasa disebut dengan orang Portugis hitam karena mereka berasal dari pemukiman Portugis pada awal abad ke-16 di Asia.

Mereka kali pertama kali datang ke Batavia pada awal abad ke-17, dari wilayah-wilayah Portugis yang ditaklukkan oleh VOC di India dan Malaka. Asal usul penyebutan nama Mardijker berasal dari bahasa Melayu “merdeka”. Sebab, kebanyakan dari mereka merupakan budak yang dimerdekakan oleh Portugis karena menjadi penganut Kristen.

5. Kelompok Arab Hadharamaut

Terdapat satu kelompok yang baru datang dan menetap di Batavia sekitar tahun 1840. Orang-orang ini datang dalam jumlah lebih banyak lagi selama abad ke-19.

Seperti halnya kelompok Arab yang lain, mereka pada awalnya tinggal di wilayah Pekojan dan Krukut. Setelah mendapatkan kehidupan yang lebih layak, mereka  pindah ke daerah Pasar Baru dan Tanah Abang. Beberapa dari kelompok yang menetap ini ada yang berprofesi di bidang agrikultura, tetapi sangat sedikit sekali yang menjadi petani.

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.