Senibudayabetawi.com – Masyarakat yang tinggal di Batavia tempo dulu seolah tak pernah kehabisan ide untuk menikmati hidup. Terbukti, mulai dari masyarakat Tionghoa hingga Belanda memiliki segudang pertunjukan yang semakin berkembang dan memengaruhi seni di Batavia.
Dalam rekaman Sin Po, tercatat orang Tionghoa menyeponsori perlombaan burung dara yang diadakan di Weltevreden, pada tahun 1919. Tan Hoe Lo dan Lauw Tjin merelakan uangnya untuk dibelikan medali mas kecil dan perak kecil untuk sang juara perlombaan burung dara ini.
Melibatkan Masyarakat secara Luas
Selain itu, ada pula festival mancing besar-besaran yang dinamakan “aduk empang”. Uniknya, acara ini turut melibatkan sebagian besar masyarakat Batavia. Mereka bebas mengaduk empang untuk mencari ikan, di salah satu empang besar di Ancol, dengan tiket jala 1 orang f 0,50 (Sin Po, 4 Juni 1917).
Selanjutnya pada abad ke-18 ada suatu pertunjukkan terkenal yang diselenggarakan warga Tionghoa di Batavia yaitu kontes adu silat yang disebut battement-spel oleh pemerintah VOC. Pertunjukkan ini berlangsung hampir satu bulan, dari sore hingga malam hari.
Seperti halnya “aduk empang”, acara ini tak hanya melibatkan orang Tionghoa, tapi juga masyarakat Batavia secara luas.
Hiburan orang Tionghoa pun turut bervariasi, mulai dari wayang, ronggeng hingga tari topeng. Adapun untuk wayang potehi terus dijalankan hingga menjelang abad ke-20.
Selain wayang potehi, ada bermacam variasi wayang seperti wayang peking, wayang kungfu dan juga variasi dari beberapa pertunjukkan opera.
Pertunjukkan Betawi dan Sirkus Ala Orang Eropa
Menariknya, orang-orang Tionghoa ternyata juga menikmati berbagai hiburan dan pertunjukkan dari luar. Mereka menikmati hiburan khas Batavia seperti gambang kromong, tanjidor, ataupun komedi stamboel.
Mereka juga kerap menonton pertunjukkan ala Eropa seperti sirkus. Pertunjukkan sirkus pertama kali di Hindia Belanda digelar di Batavia tepatnya di pekarangan Hotel de Provence dengan mendirikan tenda pada tahun 1848.
Pertunjukkan sirkus ini begitu populer saat kembali diadakan tahun 1856 di Koningsplein, sebuah ruang publik terkenal di Batavia (Cohen, 2006: 12). Semenjak itu, rombongan sirkus dunia dari berbagai kotakota Eropa selalu mampir mengadakan atraksi pertunjukkan di kota-kota besar Jawa.
Pertunjukkan ini semakin berkembang pesat. Pasalnya, pertunjukkan ini dipasarkan melalui iklan di koran-koran terkenal pada kota yang ingin dikunjungi. Model iklan dipasang dengan gambar mencolok dan tagline yang provokatif untuk menarik minat orang-orang Hindia Belanda.
[…] Senibudayabetawi.com – Gaya hidup mewah yang belakangan marak dipamerkan oleh beberapa pejabat negara di medsos terus menjadi sorotan. Namun, tahukah kalian sobat senibudayabetawi, bahwa gaya hidup mewah ini pernah dilarang di masa kolonialisme Belanda. Alasannya, untuk menegaskan perbedaan status sosial antara pemerintah Belanda, China dan masyarakat Batavia. […]
[…] masyarakat kolonial hingga Tionghoa lekat mewarnai budaya di Batavia. Seperti halnya pertunjukan sirkus di Batavia. Jauh sebelum kita kenal, pertunjukan ini dibawa oleh masyarakat Eropa dan masih […]