Senibudayabetawi.com – Pasar tak sekadar menjadi tempat bertransaksi jual dan beli. Namun, berisi jejak komunitas budaya itu bermula. Di Betawi sendiri, terdapat berbagai nama pasar yang didominasi oleh nama-nama hari. Kita tentu tak asing dengan Pasar Senen, Pasar Minggu, hingga Pasar Rebo bukan? Nah, yuk kita bahas satu per satu kenapa penamaan pasar berdasarkan nama hari.
Pasar Senen
Di kawasan Jakarta Pusat, terdapat salah satu pasar tertua bernama Pasar Senen. Adapun istilah Senen merupakan kata tidak baku dari “Senin”. Pasar ini dibangun tepatnya 30 Agustus tahun 1735 oleh seorang arsitek bernama Yustinus Vinck. Mulanya, pasar ini Bernama “Vincke Passer” yang merujuk dari nama arsiteknya.
Sesuai namanya, pemberian Pasar Senen karena aktivitas jual beli di pasar berlangsung pada hari Senin. Selanjutnya, VOC membuat peraturan bagi para tuan tanah yang memiliki pasar di atas tanahnya harus membuka pasar pada hari-hari tertentu saja.
Akhirnya, Vincke Passer yang sedari awal berdiri telah beraktivitas pada hari Senin saja bergantu nama menjadi Pasar Senen. Namun, kebijakan VOC ini tak bertahan lama hingga Pasar beraktivitas setiap hari.
Uniknya, Vincke Passer ini pula merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah. Diketahui Pasar Senen pernah mengalami dua kali insiden kebakaran yang menghanguskan kios-kois di dalamnya yakni pada 25 April 2014 dan 19 Januari 2017.
Pasar Selasa
Banyak orang percaya bahwa hari Selasa Selasa dianggap sebagai hari yang kurang baik untuk berdagang oleh warga Betawi. Namun, pernahkah kalian ke Pasar Koja di Jakarta Utara sobat senibudayabetawi?
Sebenarnya, dulu Pasar Selasa itu ada yang sekarang berubah nama menjadi Pasar Koja. Seperti halnya pasar pada umumnya, tempat ini menjadi kegiatan kegiatan perdagangan terutama masyarakat Betawi Jakarta Utara.
Berbagai etnis turut berjualan di Pasar Selasa ini, termasuk etnis keturunan Tionghoa. Nah, para keturunan Tionghoa ini tetap ingin berjualan pada hari Selasa yang selanjutnya diikuti para pedagang lokal.
Guna terhindar dari mitos tentang hari yang tidak baik maka Pasar Selasa berganti menjadi Pasar Koja. Sama seperti pasar-pasar lainnya, Pasar Koja menjual berbagai barang, lo. Namun, pasar ini lebih terkenal sebagai pasar yang banyak menjual emas dengan kualitas yang bagus.
Pasar Rabu
Seperti halnya Pasar Selasa, kalian juga tak akan menemukan pasar dengan nama Pasar Rabu di Jakarta. Sebagai gantinya, kini Pasar Rabu disebut dengan Pasar Rebo karena telah menjadi nama kecamatan di daerah Jakarta Timur.
Nama Pasar Rabu telah berganti menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Pasar ini dikenal sebagai tempat berbelanja sayur mayur. Perubahan nama ini karena lokasi pasar yang dipindah oleh Gubernur DKI Jakarta yakni Ali Sadikin.
Pasar Rabu dipindahkan ke Jalan Raya Bogor dan menjadi Pasar Induk Kramat Jati karena lokasi sebelumnya dianggap kurang cocok sebagai tempat untuk aktivitas jual beli. Pada masa penjajahan Belanda di Jakarta, pasar ini hanya aktif pada hari Senin, Selasa, dan Rabu.
Pasar Kamis
Pasar Kamis konon tempo dulu hanya melakukan aktivitas perdagangan di hari Kamis. Namun, saat ini berganti nama menjadi Pasar Jatinegara di Jakarta Timur.
Jika sobat senibudayabetawi.com berkunjung ke Pasar Jatinegara pasti akan melihat tulisan “Mester” di gapura menuju pasar ini. Ini tak lain karena pada masa pemerintahan Belanda, pasar ini dikenal dengan nama Mesteer Passer atau Pasar Meester.
Nama ini berasal dari seorang guru agama Kristen bernama Cornelis Senen yang saat itu dipanggil dengan sebutan “Meester” yang berarti tuan guru.
Pada pertengahan abad ke-17, Meester Cornelis diberikan izin oleh pemerintah Belanda untuk membuka lahan hutan jati yang jaraknya sekitar 15 kilometer dari Batavia.
Hutan yang dibuka oleh Meester Cornelis saat ini menjadi daerah padat penduduk yang dikenal sebagai kawasan Jatinegara. Selain ada di kawasan Jatinegara, penamaan Pasar Kemis juga ada di wilayah Tangerang Banten.
Pasar Jumat
Setidaknya terdapat tiga pasar saat masa penjajahan Belanda yang hanya buka pada hari Jumat saja, yakni Pasar Jumat, Pasar Klender dan Pasar Cimanggis. Namun, saat ini Pasar Jumat telah berganti menjadi Pasar Lebak Bulus yang ada di dekat Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Kisaran tahun 1975, para pedagang di Pasar Jumat kerap berjualan dengan membawa dagangannya menggunakan pikulan dan menggelar dagangannya beralaskan kain.
Para pedagang yang tadinya berjualan di Pasar Lebak Bulus yang terdapat di Terminal Lebak Bulus dipindahkan ke dua pasar yang ada di dekat bekar Pasar Lebak Bulus. Dua pasar tersebut adalah Pasar Mede yang ada di Jl. Fatmawati Raya dan Pasar Bata Putih yang ada di Jl. Kramat Kebayoran Lama.
Ramadani Wahyu