Ketupat Babanci, Refleksi Karakter Masyarakat Betawi

Ketupat Babanci, Refleksi Karakter Masyarakat Betawi

Senibudayabetawi.com – Sebagai salah satu makanan khas Betawi, ketupat babanca turut memperkaya keanekaragaman kuliner khas Indonesia. Nama ketupat Babanci berasal dari ketidakpastian jenis dari  sayuran  ini. Ini karena kuliner ini bukanlah seperti soto, gulai maupun kari. Namun justru ketidakpastian ini membuat sayur ini menjadi banci. Sayangnya makanan ini termasuk langka dibandingkan dengan berbagai kuliner Betawi lainnya. Siapa sangka ketupat babanci refleksi karakter masyarakat Betawi.

Versi lain menyebut istilah Babanci  merupakan perpaduan  kata  babah  dan  enci,  yang  diyakini  makanan  ini  dibuat oleh pasangan suami istri asal Betawi dan Tionghoa.

Meski langka, tapi kuliner ini tak bisa dilupakan begitu saja. Adapun salah satu factor penyebab langkanya kuliner ini karena sulitnya mengumpulkan bumbu atau rempah yang menjadi bahan baku.

Setidaknya, kuliner ini memiliki sekitar 21 jenis bahan, rempah dan bumbu yang bervariasi. Bahkan beberapa di antaranya telah langka, contohnya kedaung, botor, tai angin, lempuyang, temu mangga, temu kunci dan bangle.

Menurut buku Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita, meski namanya sayur namun bahan  yang  digunakan  tidak  mengandung  sayur  sama  sekali. 

Ketupat babanci atau sayur babanci menyerupai gule yang sangat dominan di aroma dan rasa rempah yang kuat. Daging yang dipakai adalah kepala sapi tapi tidak menyertakan otak,  lidah,  dan  cingur.  Selain  daging  kepala  sapi,  di  akhir  pembuatan  ketupat  ini  dimasukkan serutan  kelapa  dan  srundeng  yang  ditumbuk  halus.  Namun  pada  saat  ini  orang  kebanyakan menggunakan daging sapi yang bercampur lemak sebagai pengganti kepala sapi. Bumbunya juga tidak  selengkap  dahulu  karena  ada  beberapa  jenis  bumbu  yang  sudah  sangat  sulit  didapatkan seperti,  lempuyang,  temu  mangga,  temu  kunci  dan  bangle. 

Ketupat Babanci Refleksi Karakter Masyarakat Betawi

Lazimnya  kuliner  Betawi  pada umumnya,  ketupat  babanci  juga  mencermikan  karakter  masyarakat  Betawi  yang  jenaka  dan nyleneh. Sering disebut Ketupat Babanci karena disantap bersama ketupat yang disajikan sebagai salah satu menu istimewa bagi sebagian masyarakat Betawi saat merayakan Idul Fitri. Ada yang mengatakan  babanci  mengacu  pada  “kelakuan”  sajian  ini  yang  banci  alias  identitasnya  sulit terdefinisi.

Bondan Winarno, penggagas Komunitas Jalan Sutra, berpendapat, kata babanci mungkin juga merupakan akronim dari Baba-Enci, panggilan khas Tionghoa, sehingga bisa jadi hidangan  ini  merupakan  hidangan  Peranakan  Tionghoa-Betawi. 

Namun  ada  juga  opini  tentang kemungkinan akronim dari Babeh-Encing yang merupakan panggilan khas Betawi (babeh untuk panggilan ayah, encing untuk panggilan bibi). Dulu sayur ini termasuk menu mewah karena hanya disajikan oleh keluarga Betawi bek (mandor, tuan tanah). Bahan utamanya menggunakan bagian daging  kepala  sapi  (kecuali  otak,  lidahdan  cingur/hidung).  Namun  saat  ini,  banyak  juga  yang memakai daging bagian has dalam.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.