Memaknai Seserahan dalam Prosesi Lamaran Adat Betawi

Memaknai Seserahan dalam Prosesi Lamaran Adat Betawi

Senibudayabetawi.com Pernikahan adat Betawi tak sekadar peresmian secara sah hubungan romantis lelaki dan perempuan. Namun, turut ditanamkan pula nilai-nilai yang salah satunya disimbolkan dalam tradisi seserahan dalam proses lamaran.

Setelah proses ngedelengin atau masa pendekatan, rangkaian pernikahan adat Betawi dilanjutkan dengan proses lamaran. Adapun calon mempelai lelaki akan memberikan seserahan kepada calon mempelai perempuan.

Tradisi penyerahan hantaran atau seserahan saat lamaran pertama dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki yang mendatangi kediaman mempelai perempuan. Biasanya hantaran yang diantarkan oleh pihak laki-laki berupa makanan khas ini memiliki makna dan tujuan di dalamnya.

Dalam Perubahan Makna dan Simbol dalam Tradisi Seserahan Makanan dalam Upacara Pernikahan Betawi  (2018), seserahan terdiri atas buah-buahan, kue bacot, pisang raja, maupun makanan-makanan matang yang menjadi balasan hantaran. Ini merupakan simbol dalam masyarakat Betawi.

Dalam proses lamaran di masyarakat Betawi, seserahan yang diberikan dari pihak keluarga lelaki maupun perempuan selalu ada tradisi menyerahkan hantaran seserahan dan membalas hantaran seserahan.

Seserahan Buah-buahan

Saat lamaran pihak laki-laki membawa rombongan keluarga dengan membawa beberapa bingkisan seserahan yang sudah berisi makanan khas tradisional Betawi, yakni berupa buah-buahan seperti pisang raja, buah apel, anggur dan buah asam dan manis lainnya. Menurut kepercayaan masyarakat Betawi, penyerahan buah-buahan dengan berbagai macam rasa ini sebagai wujud harapan calon mempelai pengantin lelaki maupun perempuan dapat mengarungi bahtera rumah tangga, baik dalam masa pahit maupun manisnya kehidupan.

Masyarakat Betawi tempo dulu dalam membawa seserahan berupa buah-buahan dalam keadaan dihias menggunakan ranting-ranting pohon dan kemudian diisi buah-buahan yang akan dijadikan hantaran.

Tak hanya buah, bentuk seserahan makanan lain dalam penikahan adat Betawi yakni berupa hantaran kue-kue tradisional yang kemudian oleh orang Betawi dikenal sebagai kue bacot. Adapun varian dari kue bacot terdiri atas berbagai macam dan dimasukkan ke dalam tenong saat dihantarkan ke pihak mempelai perempuan. Uniknya, dalam masyarakat Betawi tempo dulu, kue bacot tersebut dikemas dan disurun rapi seperti tumpukan kue dalam wadah, dibawa dan dihantarkan ke mempelai perempuan.

Kue Bacot dalam Seserahan Adat Betawi

Kue bacot juga memiliki makna tersendiri dalam masyarakat Betawi. Tujuannya diyakini sebagai perwujudan silaturahmi antar keluarga pihak lelaki pada pihak perempuan. Makna “bacot” yang dipahami sebagai kata “bicara”, yang menyimbolkan niat baik oleh pihak laki-laki pada pihak perempuan.

Selain itu, hantaran kue juga sekaligus berguna untuk memberitahu orang-orang terdekat bahwa calon mempelai perempuan akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Itu artinya, akan mengurangi adanya fitnah atau kesalahpahaman di suatu hari nanti.

Calon mempelai lelaki juga memberikan hantaran seserahan berupa roti tawar (dua buah), sirop, sirih lamaran. Adapun maknanya juga sangat mendalam. Dalam Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita karya Shinta Teviningrum, hantaran berupa pisang raja, roti tawar, sirop dan sirih memiliki makna.

Sirih lamaran merupakan bawaan pertama dan utama sebagai lambang kegembiraan dan lembang penghargaan kepada si gadis, orangtua dan keluarganya. Pasalnya, sudah bisa memelihara moral, akidah dan keanggunan si gadis hingga ke tahapan lamaran.

Pisang raja bermakna agar harapannya agar setelah pernikahan menyerupai kehidupan raja-raja pada umumnya dalam cerita rakyat. Kehidupan raja diketahui masyarakat memiliki kehidupan yang makmur serta sejahtera.

Seserahan lain seperti roti tawar dan sirop juga sama pentingnya dengan pisang raja. Adapun roti tawar merupakan makanan yang sangat istimewa dan sulit didapat. Dalam hal ini, mempelai perempuan diibaratkan dengan sebuah roti tawar yang istimewa dan patut diperjuangkan.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.