Senibudayabetawi.com – Cepol Betawi merupakan salah satu warisan tempo dulu yang masih bertahan hingga sekarang. Di balik kesederhanaannya, gaya rambut tak lekang oleh zaman ini menjadi simbol kebanggan sekaligus menyimpan nilai dan filosofi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Meski kerap disebut sebagai gaya rambut yang aman bagi pemula, cepol Betawi memiliki pesonanya sendiri. Ini karena modelnya yang lebih minimalis tapi terlihat anggun dan rapi. Tahukah sobat senibudayabetawi.com sejatinya cepol ada seiring dengan penggunaan busana kebaya encim dan tari Cokek Betawi.
Perempuan yang mengenakan kebaya encim tak lengkap rasanya jika rambutnya hanya tergerai begitu saja. Pasalnya, kebaya encim beserta komponen lainnya termasuk cepol harus digunakan satu paket sebagai tanda ciri khas Betawi.
Adapun komponen yang biasanya perempuan kenakan saat memakai kebaya encim yaitu kebaya, sarung batik, kutang nenek, selop, selendang serta konde cepol Betawi.
Tak hanya itu lho sobat senibudayabetawi.com, konde cepol ini juga sudah digunakan pada riasan para penari Cokek tempo dulu. Dalam Fenomena Tari Cokek di Jakarta, pakaian yang dikenakan para penari Cokek yaitu baju model kurung berkerah sang hay dan celana panjang serta selendang yang dililitkan di pinggang menjulur ke bawah.
Pengaruh Tionghoa tampak jelas pada penggunaan busananya yang berbahan sutera atau saten dengan warna mencolok. Untuk melengkapi riasannya, para penari Cokek menggunakan konde cepol, bunga, serta rias wajah yang cantik dan menarik.
Dalam laman Indonesia Kaya, cara menyepol rambut cukup sederhana. Pertama yaitu menyisir rambut ke belakang dan mengikatnya bentuk kuncir kuda. Lalu, rambut dililit membentuk spiral yang dikenal dengan “ekor bebek”. Meski terkesan mudah, penggunaan cepol Betawi menyimpan makna mendalam lho sobat.
Makna di Balik Cepol Betawi
Kerap kali pemakaian cepol diikuti dengan menyelipkan bunga melati di antara lilitan rambut. Bunga ditempatkan dalam setengah lingkatan, mengikuti arah jarum jam dari posisi 12 hingga 5 yang melambangkan bahwa gadis harus pulang sebelum waktu magrib. Dalam kepercayaan masyarakat Betawi khususnya, ini sekaligus menjadi dimbol perlindungan dan keselamatan bagi perempuan muda dan nilai kehormatannya.
Gaya rambut yang sederhana ini juga menyimpan filosofi yang mengajarkan bahwa keindahan tidak harus rumit. Pasalnya, dalam setiap elemen yang digunakan menyimpan tujuan dan nilai mendalam. Sebagai ikon budaya yang mudah dikenakan, cepol Betawi kini tidak hanya digunakan khusus penggunaan kebaya encim dan tarian Cokek, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, para pekerja kantoran hingga ibu rumah tangga bisa mengaplikasikannya dengan mudah.
Ramadani Wahyu