Al-Qur'an Bahasa Betawi: Inspirasi Baru dalam Dunia Pendidikan

Al-Qur’an Bahasa Betawi: Inspirasi Baru dalam Dunia Pendidikan

Senibudayabetawi.com – Proses penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Betawi diharapkan dapat mendorong penggunaan bahasa Betawi, khususnya di lembaga pendidikan. Harapannya, Al-Quran berbahasa Betawi dapat membumi dan menjadi jembatan bagi generasi muda untuk dekat dengan kearifan lokal.

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Balitbang Diklat Kemenag) melakukan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Betawi. Proses penerjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Betawi Juz 16-30 telah memasuki tahap finalisasi.

Adapun penerjemahan ini sudah berlangsung selama 8 bulan. Hasil terjemahan itu dibahas bersama dalam Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan hasil final.

Kapuslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Moh.Isom menyatakan bahwa setelah Al-Qur’an terjemahan bahasa Betawi ini selesai  diharapkan bermanfaat luas khususnya di ranah pendidikan. Al-Quran terjemahan bahasa Betawi diharapkan menjadi muatan lokal (mulok) di SD, madrasah, dan lembaga pendidikan lainnya di DKI Jakarta.

“Diharapkan Al-Qur’an terjemah bahasa Betawi ini dapat digunakan dalam tilawah pada setiat event PHBI dan majelis taklim, agar Al-Qur’an bisa benar-benar membumi, dan bahasa Betawi pun lestari,” kata dia dalam keterangannya, Selasa (26/11).

Ia juga menggarisbawahi khususnya terkait tantangan dalam proses penerjemahan bahwa penerjemahan yakni tetap harus mengacu pada rukun iman Islam dan menggunakan istilah yang tidak menyimpang dari ajaran Islam.

Isom berharap hasil penerjemahan ini dapat diuji publik dengan baik, sehingga tidak menimbulkan khilafiyah di masyarakat. “Perbedaan pendapat yang mungkin muncul kiranya dapat diselesaikan melalui diskusi, agar produk akhirnya menjadi referensi yang sahih dan bermanfaat,” imbuh dia.

Tantangan Munculnya Bahasa Gaul

Sementara Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno menyinggung sejumlah tantangan yang dihadapi selama proses penerjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi. Salah satunya adalah pengaruh bahasa gaul. Misalnya, munculnya istilah-istilah seperti gemoy, bestie, ghosting yang akrab di kalangan generasi muda daripada bahasa daerah mereka sendiri.

“Bahasa-bahasa gaul ini kini mendominasi, baik dalam komunikasi sehari-hari maupun di media sosial,” ucap Suyitno.

Seiring perkembangan zaman, ia mempridiksi bahwa suatu saat akan menghadapi tantangan untuk menterjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa gaul. Meski demikian, pesan Al-Qur’an harus tetap dapat diterima dengan baik oleh semua kalangan dan memastikan pesan Al-Qur’an sampai secara substansial.

Suyitno juga menegaskan bahwa penerjemahan Al-Qur’an memang sifatnya tidak final seperti Al-Qur’an itu sendiri. Tafsir dan terjemahan akan terus mengalami revisi untuk menyempurnakan tata bahasa, kosakata, maupun diksi yang digunakan.

“Proses ini wajar dan penting dilakukan untuk menjaga kualitas dan akurasi terjemahan,” tegas Suyitno.

Suyitno juga mengemukakan tantangan lain dalam penerjemahan Al-Qur’an bahasa daerah yakni, generasi muda yang semakin gengsi menggunakan bahasa daerah.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.