Senibudayabetawi.com – Dalam pernikahan adat Betawi, rangkaian acara pra-akad nikah tidak hanya bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kecantikan fisik calon pengantin. Namun juga memberikan waktu bagi calon pengantin untuk mempersiapkan diri secara mental menghadapi kehidupan berumah tangga.
Tahap pra akad nikah memiliki beragam upacara yang harus dilakukan atau dipersiapkan oleh kedua calon penganin. Tahapan ini bertujuan untuk mengontrol atau menjaga kegiatan, kesehatan dan memelihara kecantikan calon None Mantu untuk menghadapi akad nikah nanti serta pembekalan tentang pendidikan akidah hingga sopan santun.
Masa Dipiare
Tahapan masa dipiare yaitu masa calon None Mantu dipelihara oleh tukang piare atau tukang rias. None Mantu harus mengenakan baju terbalik (kain sarung dan kebaya longgar ukuran ¾ lengan) sebagai lambang tolak bala. Selain itu, makanan yang dianjurkan yaitu makanan yang dibakar/dipanggang dan dilarang makan makanan yang digoreng agar tidak gemuk.
Seluruh tubuhnya diurut dan dilulur sekali sehari dan harus banyak dzikir, membaca shalawat dan membaca surat Yusuf agar kelak memiliki anak yang baik, pintar dan memiliki paras dan sifat seperti Nabi Yusuf.
Acara Mandi Kembang
Dalam acara mandiin calon pengantin wanita sebelum akad nikah mempunyai beberapa tahapan. Pertama: calon None Mantu mohon izin dan doa restu pada orang tua untuk melaksanakan acara mandi sebagai persiapan menuju pernikahan, dengan harapan semoga selama hidup berumah tangga tetap berada dalam petunjuk dan lindungan Allah.
Kedua, calon None mantu mengganti bajunya dengan kemben dan kebaya dan kerudung tipis. Ketiga: calon None Mantu didudukkan di kursi berlubang dan di bawahnya dilekatakkan ratus yang mengepulkan asap kayu gaharu agar tubuh None Mantu mengeluarkan bau harum kayu gaharu. Keempat: calon None Mantu dimandikan oleh tukang piara, ibu, nenek, kakak/ adik perempuan
Tangas atau Acara Kum.
Acara ini identik dengan mandi uap yang bertujuan membersihkan sisa-sisa lulur yang masih tertinggal di tubuh None Mantu. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
Acara Ngerik dan Malem Pacar
Calon None Mantu didudukkan di atas kain putih kemudian oleh tukang piara dikerik atau dicukur bulu-bulu halusnya yang tumbuh di sekitar kening, pelipis tengkuk dan leher calon None Mantu lalu dibuatkan centung pada rambut di kedua sisi pipi di depan telinga. Acara dilanjutkan dengan memakai pacar pada kuku tangan dan kaki.
Sementara kegiatan di rumah calon Tuan Mantu disebut malem nyerondeng atau malam bungkus-bungkus. Pada malam itu, pihak calon Tuan Mantu mempersiapkan semua kebutuhan serah-serahan. Biasanya yang membantu adalah para pemuda (lelaki dan perempuan) teman calon Tuan Mantu. Di malam itu juga calon Tuan Mantu mempersiapkan mental dan melatih ucapan ijab-kabul yang harus dilakukan pada acara akad nikah.
Ramadani Wahyu