Sundung: Dari Ladang ke Panggung Topeng Blantek

Sundung: Dari Ladang ke Panggung Topeng Blantek

Senibudayabetawi.com – Alat pertanian bagi masyarakat Betawi tempo dulu bukanlah sekadar perkakas untuk mengolah tanah. Di balik bentuknya yang sederhana, alat-alat ini berperan penting dalam kesenian tradisional Betawi. Salah satunya yaitu sundung yang kerap dimanfaatkan dalam kesenian Topeng Blantek.

Hidup orang Betawi pinggiran tempo dulu laksana gambaran harmoni antara manusia dan alam. Dengan latar belakang sawah dan kebun yang subur, mereka mengetahui pengetahuan mendalam tentang alam, siklus musim, dan mampu memanfaatkan alat-alat pertanian. Akhirnya mereka mampu mengolah tanah, merawat tanaman hingga memanen.

Mereka kebanyakan adalah masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan Jagakarsa, Ciracas hingga Cilangkap. Kebanyakan dari mereka menanam buah hingga petani. Nah, untuk membawa berbagai macam keperluan baik itu bibit, benih padi hingga membawa rumput ternak ini mereka memanfaatkan sundung.

Jika sobat senibudayabetawi.com lihat sekilas, sundung terlihat tidak mampu untuk membawa barang dalam jumlah besar. Namun kenyataannya bisa membawa barang sesuai dengan keinginan. Alhasil para petani banyak memanfaatkan alat ini.

Sundung terbuat dari bambu berpikulan yang mana pada kedua ujungnya ada semacam rak. Alat ini juga biasa dimanfaatkan para pedagang tempo dulu untuk menjajakan dagangannya.

Transformasi Fungsi Sundung

Menariknya, sundung tak sekadar berfungsi terbatas dalam bidang pertanian, tapi juga sebagai bagian dari seni budaya Betawi yakni pertunjukan Topeng Blantek.

Diketahui bahwa awal mula topeng Blantek berkembang dan disebarluaskan oleh kalangan pedagang. Sembari menunggu para pembeli di pagi hari, mereka suka bercerita dengan sesama pedagang lainnya.

Konon, sejak zaman dahulu para penggarap topeng blantek kebanyakan adalah dari kalangan yang pada siangnya bekerja sebagai petani dan pedagang. Sementara saat malam hari mereka manggung topeng blantek.

Adapun sundung digunakan sebagai artistik panggung. Setidaknya terdapat tiga sundung yang digunakan sebagai pembatas untuk masing-masing pemain, pemusik, penari dengan penonton.

Penampilan Topeng Blantek

Adapun saat pementasan, penamaan Jantuk diberikan pada pemain yang selalu menggunakan topeng. Jantuk juga selalu membawa obor sebagai ciri khas dari topeng blantek.

Tema cerita yang kerap disajikan pada pementasan topeng blantek diantaranya, tentang Legenda Betawi, seperti Si Pitung, Jampang, Nyai Dasima. Selain pertunjukan topeng, turut ditampilkan pula tari-tarian, misalnya tari ronggeng blantek, ngarojeng, tari yapong, tari topeng tunggal.

Seiring perkembangannya, topeng blantek semakin tergerus zaman. Kesenian ini berkembang di pinggiran Jakarta dan di wilayah Bogor, seperti di daerah Bojong Gede, Pondok Rajeg, Citayam dan Ciseeng. 

Salah satu pegiat seni topeng blantek yang eksis dan giat menghidupkannya yaitu Ras Barkah. Ia membawa topeng blantek ke tingkat kepopulerannya yakni tahun 1994. Ia juga membangun yayasan khusus untuk pemajuan kesenian topeng blantek.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.