Memaknai Tradisi Aduk Dodol dan Tumbuk Uli Betawi di Penghujung Ramadan

Memaknai Tradisi Aduk Dodol dan Tumbuk Uli Betawi di Penghujung Ramadan

Senibudayabetawi.comUli dan dodol Betawi merupakan kudapan yang tak pernah absen dari meja orang Betawi tempo dulu dalam menyambut Lebaran. Berbahan dasar ketan, dua kuliner Betawi ini bertekstur lengket. Nah, di balik tekstur lengket inilah tradisi aduk dodol dan tumbuk uli menyimbolkan kerekatan hubungan kekeluargaan yang mereka pertahankan.

Malam-malam penghujung Ramadan, dapur rumah Betawi masih juga mengepul. Mereka mengolah masakan tradisional Lebaran, khususnya kue uli dan dodol Betawi. Lantas mengapa kegiatan ini dilakukan di malam hari?

Pertimbangan utamanya tak lain membuat kue uli dan dodol membutuhkan tenaga besar dan ekstra. Tentu jika dilakukan di siang hari tenaga bakal mudah terkuras karena puasa. Tak hanya itu, di malam hari, pembuat kue khas Lebaran Betawi ini bisa leluasa mencicipinya.

Dalam proses pembuatan dua kue Lebaran khas Betawi ini banyak melibatkan kaum lelaki sebagai penumbuk dan pengaduk. Sementara perempuan meracik adonan dan sebagian ikut mengaduk dan menumbuk jika kaum lelaki kecapekan.

Mitos Saat Menumbuk dan Mengaduk Dodol Betawi

Menariknya, saat menumbuk uli dan mengaduk dodol dipercaya tidak diperbolehkan berbicara, terutama bicara kotor. Entah ini mitos atau bukan, jika pantangan ini dilanggar maka adonan uli dan dodol tidak akan menjadi legit.

Dipercaya tempo dulu meski di dapur ada para lelaki dan perempuan, mereka sama sekali tak melakukan komunikasi bahkan berkata kotor dalam proses pembuatan kue ini.

Selain itu khusus untuk pembuatan uli dipercaya menyimbolkan pesan keharmonisan antara laki-laki dan perempuan yang membuatnya. Demikian saat menciptakan tape uli diantaranya pembuatnya tidak boleh dalam keadaan marah. Lalu pembuatnya juga tak boleh  sedang menstruasi.

Keharmonisan itu dilihat dari bentuk kerja sama antar kedua belah pihak. Misalnya terlihat dari laki-laki yang diharuskan menumbuk bahan dan kaum perempuan yang memasaknya. 

Baik uli maupun dodol berbahan dasar ketan putih yang digiling sehingga menghasilkan adonan yang lengket. Teksturnya yang kenyal dan lengket memiliki simbol tersendiri yakni sebagai perekat hubungan kekeluargaan yang harus diperhatikan sebagai sesama umat beragama.

Lambang Uli dan Dodol Betawi

Sementara warna putih dari kue uli memiliki lambang perilaku dan kepribadian yang bersih buah dari penempaan secara kontinyu.

Uli dan dodol Betawi dikenal karena teksturnya yang kenyal dan lembut. Ini juga mencirikan karakter orang Betawi. Di balik sikap dan tutur katanya yang cenderung ceplas ceplos dan tanpa tedeng aling-aling, orang Betawi dikenal sangat baik.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.