Bubur Ase, Kuliner Betawi yang Disajikan Dingin

Bubur Ase, Kuliner Betawi yang Disajikan Dingin

Senibudayabetawi.com – Hangatnya semangkuk bubur seringkali menjadi teman setia di pagi hari. Namun, di tengah tradisi menikmati bubur hangat, terdapat sebuah pengecualian yang menarik. Bubur ase, warisan kuliner Betawi, dengan sentuhan dingin. Perpaduan rasa manis, gurih, dan sedikit asam dalam bubur ini memberikan pengalaman kuliner yang unik dan menggugah selera.

Jika sobat senibudayabetawi.com cermati, bubur ase tidak bisa dengan mudah ditemukan. Area yang paling banyak menjajakan bubur ase yaitu di Kebon Kacang, Tanah Abang dan Pasar Gandaria. Bukan berarti kuliner satu ini langka sob, tapi memang sejak tempo dulu menjadi favorit khususnya bagi masyarakat Betawi Tengah. Meskipun begitu, bubur ase masih kerap dihadirkan dalam berbagai acara Jakarta seperti Pekan Raya Jakarta.

Muasal Nama Bubur Ase

Bubur ase juga mempunyai nama lain lho sobat senibudayabetawi.com. Masyarakat sekitar Kebon Kacang, Tanah Abang dan Pasar Gandaria biasa menyebutnya dengan bubur cerancam.

Muasal penamaan bubur ase pun tidak ujug-ujug ada. Dalam Mengenal Bubur Tradisional Nusantara, ada dua versi yang mengupas muasal bubur ase ini.

Versi pertama, bahwa penamaan bubur ase bermula dari kondisi penyajian bubur ase yang dingin, berbeda dengan bubur lain yang hangat. Adapun “ase” berakar dari penyebutan AC yang berarti dingin. Lauk-lauk pendamping dalam bubur ini juga dingin. Kendati demikian, kuah ase yang akan dituangkanlah yang harus panas sehingga saat bercampur bubur dan kuahnya menjadi hangat. 

Sementara versi kedua, bahwa istilah “ase” merujuk pada singkatan asinan semur yang tak lain penyajian dari kuliner bubur ase ini.

Akulturasi dalam Semangkuk Bubur Ase

Menariknya, di dalam semangkuk bubur ase merefleksikan akulturasi kebudayan yang ada di Betawi. Dalam semangkok bubur ase, terdapat akulturasi tiga kebudayaan yaitu Tionghoa, Timur Tengah, dan Eropa. 

Pengaruh Tionghoa sangat kental terlihat dari penggunaan tauge, kecap dan tahu dalam bubur ase. Sedangkan pengaruh Eropa terekam dalam semur yang berasal dari bahasa Belanda, Smoor. ‘Smoor’ dalam bahasa Belanda berarti masakan yang direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan (stew). 

Salah satu buku resep tertua yang mendokumentasikan resep masakan di Hindia Belanda berjudul Groot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek (1902), terdapat 6 resep semur. Juga disebutkan, ‘smoor’ yang kemudian diserap menjadi semur adalah masakan yang dikembangkan di dalam dapur Indis, kaum peranakan Eropa. 

Sementara penggunaan rempah-rempah dalam racikan bumbu semur merupakan pengaruh dari Timur Tengah. Perpaduan 3 budaya ini oleh masyarakat lokal diracik menjadi hidangan Semur Betawi yang sangat terkenal hingga saat ini.

Ciri Khas Bubur Ase

Sebagai menu sarapan, bubur ase disantap bersama kuah ase dan asinan. Biasanya, bubur ase disantap dengan taburan kerupuk, kacang tanah goreng, kucai, kacang kedelai goreng. Tak ketinggalan, teri goreng, dan bawang merah goreng. 

Kuah Ase biasanya berisi potongan daging, kentang, dan tahu atau telur. Kuah bubur ase terbilang encer. Meskipun demikian, bukan berarti citarasanya jadi kurang lezat. Penggunaan rempah khas sajian semur, seperti pala, merica, jahe, dan cengkih tetap jadi andalan. 

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.