Senibudayabetawi.com – Di balik setiap jurus maen pukulan Betawi yang mematikan, tersimpan pesona yang mampu meluluhkan hati. Mampukah seorang jawara menaklukkan lawan sekaligus memikat perempuan? Kisah tersebut direfleksikan dalam tari Lenggang Payung dari Betawi.
Lelaki Betawi tempo dulu memang telah akrab dengan silat atau maen pukulan. Selanjutnya muncul istilah Ngasosi (Ngaji, Sholat dan Silat) yang harus menjadi kunci wajib bagi lelaki Betawi. Bahkan, untuk memikat perempuan atau calon mertua harus diyakinkan dengan kebiasaan Ngasosi ini.
Pada zaman dahulu, kegiatan sholat bersama-sama biasanya dilakukan setelah mengaji. Kemudian dilanjutkan kegiatan silat setelah sholat isya berjamaah. Kegiatan ini merupakan rangkaian identitas yang dimiliki oleh para ulama Betawi tempo dulu.
Nah, dalam tari Lenggang Payung inilah daya tarik lelaki pesilat atau maen pukul mampu memikat perempuan. Siapa perempuan Betawi yang tak terkesima melihat lelaki gagah berani, mempunyai kebiasaan sholat dan ngaji pula.
Meski keberadaan tari Lenggang Payung tak sepopuler tari Sirih Kuning tapi patut dilestarikan karena kisah di dalamnya yang lekat dengan tradisi Betawi. Tari kreasi ini terinspirasi dari Tari Cokek dan Topeng.
Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, tari Lenggang Payung menceritakan kehidupan anak muda, tepatnya anak muda yang sedang kasmaran atau jatuh cinta.
Diceritakan bahwa ada seorang gadis yang tengah berjalan. Lalu ada seorang lelaki yang diam-diam mengikuti sang gadis dari belakang. Laki-laki itu jauh hati dan mencoba mengintip-intip sang gadis.
Dengan lakon yang lucu, laki-laki tersebut mencoba menggodai gadis tersebut. Tak hanya itu, lelaki itu juga unjuk gigi kemampuan maen pukulnya di depan sang gadis.
Melihat ketangguhan laki-laki itu dalam memperagakan jurus silat, si gadis pun jatuh hati pada laki-laki itu. Akhirnya, mereka berdua menjadi pasangan yang bahagia.
Seperti kisahnya, dalam tari Lenggang Payung tak sekadar menampilkan gerak tari yang lemah gemulai. Tapi juga gerakan silat khas betawi, yang diperagakan oleh laki-laki tersebut.
Ramadani Wahyu